November 2014

Wednesday, 26 November 2014

DAYAH-DAYAH ATAU PUSAT PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN ACEH



Dayah-dayah atau pusat pendidikan tingkat tinggi atau dayah Teungku Chik, dan hanya sebagian dari dayah Teungku Chik yang ada dalam Kerajaan Aceh Darussalama.


1. Dayah Cot Kala

Adalah pusat pendidikan tinggi islam pertama di Asia Tenggara. Pendirinya yaitu pengeran/ulama Teungku Chik Muhammad Amin pada akhir abad ketiga H. (awal abad kesepuluh M). letak nya kira-kira di Bayeun (Aceh Timur Sekarang), dan dari sinilah Asal nama Stain Zawiyah Cot Kala Langsa di ambil.


2. Dayah Seuruleu

Salah seorang ulama terkemuka keluaran Dayah Cot Kala, yaitu Syekh Sirajuddin. Oleh sulthan makhdum Alaidin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat yang memerintah Peureulak pada tahun 402-450 H. (1012-1059 m), Mengangkat Syekh Sirajuddin mengepelai sebuah angkatan dakwah untuk mengembangkan Islam Ke Lingga (Aceh Tengah)


Setelah berdirinya kerajaan islam Lingga, Maka Syekh Sirajuddin dengan segera membangun sebuah pusat pendidikan islam dipimpin langsung; pusat pendidikan tersebut terkenal dengan nama Dayah Seuruleu, dan beliau sendiri sebagai pemimpin terkenal dengan lakap Teungku Chik Seurukeu.


3. Dayah Blang Peria

Pada zaman pemerintahan Muharaja Nurdin Sultan Al-Kamil yang memerintah Samudra/pase pada tahun 550-607 H. (1155-1210 M) hidup seorang ulama besar, ahli hukum, pujangga dan muballig yang terkenal, namanya Syekh Ja’kub, yang kemudian terkenal dengan Lakab Teungku Chik Blang Peria, sebagai pemimpin dari dayah Blang Peria yang Beliau bangun.


Beliau meninggal pada 15 Muharram 630 H.(1233 M) dan makam beliau terkenal dengan nama Makam Teungku Blang Peria (Gedung). Dayah Blang Peria adalah Pusat Pendidikan Islam yang terbesar dalam Kerajaan Islam Samudra/Pase.


4. Dayah Batu Karang

Seorang Ulama besar keluaran Dayah Cot Kala yang bernama Teungku Ampon Tuan (nama Kecilnya Tidak Jelas) diangkat menjadi Qadli Negeri Batu Karang pada Waktu Raja Muda Sedia memerintahkan Kerajaan Islam Benua AtauTeuming pada Tahun 753-800 H.(1353-1398 M).


Disamping sebagai Qadli, Teungku Ampon Tuan juga Mendirikan Sebuah Pusat Pendidikan Islam kemuadian terkenal dengan nama Dayah Batu Karang, dan beliau sendiri kemudian dikenal dengan laakab Teungku Chik Batu Karang.



5. Dayah Lam Keuneu’eun

Sulthan Makhdum Alaidin Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat, yang memerintahkan kerajaan Islam Peureulak pada tahun 592-622 H. (1196-1225 M). telah mengirim pasukan angkatan dakwah yang berjumlah lebih dari 300 orang ke jurusan barat untuk membawa islam ke daerah kerajaan Hindu Budha indra Purba (Aceh Besar Sekarang). Angkatan dakwah tersebut di bawah pimpinan Syekh Abdullah Kan’an, salah seorang guru besar dari dayah Cot Kala dan Meurah Johan, Seorang Pangeran yang masih muda, keluaran dari dayah Cot Kala.


Setelah Kerajaan Indra Purba menjadi kerajaan islam dengan nama Kerjaan Darussalam dan Meurah Johan Dinobatkan menjadi Rajanya yang pertama pada hari jum’at tanggal 1 Ramadhan 601 H. (1205 M). dengan gelar Sulthan Alaidin Johan Syah, Maka syekh Abdullah Kan’an  terus mendirikan sebuah pusat pendidikan Islam yang kemudian terkenal dengan dayah Lam Keuneu’eun, dan beliau sendiri sebagai pemimpinnya terkenal dengan lakab Teungku Chik Keuneu’eun. Syekh Abdullah Kan’an ini, orang tuanya berasal dari Kan’an (palestina), beliau selain Ulama besar juga ahli lada.



6. Dayah Tanoh Abay

Pada waktu Sulthan Alaidin Muhammad Daud Syah memerintah Kerajaan Aceh Darussalam dalam Tahun 1238-1251 H. (1823-1836 M), datang ke Aceh seorang Ulama Besar dari Baghdad yang bernama Syekh Idrus Bayan. Atas permintaan Sulthan beliau mendirikan sebuah pusat pendidikan Islam dengan mengambil tempat di Tanoh Abay, yang kemudian pusat pendidikan nya itu terkenal dengan nama Dayah Tanoh Abay, dan Beliau sendiri terkenal dengan lakab Teungku Chik Tanoh Abay.


Setelah Syekh Idrus Bayan wafat, pimpinan Dayah Tanoh Abya dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Syekh Abdul Hafid; kemudian Oleh Putra Syekh Abdul Hafid yang bernama Syekh Abdurrahim; kemudian Oleh putra Syekh Abdurrahim yang bernama Syekh Muhammad Salih, dan kemudian oleh putranya yang bernama Syekh Abdul Wahab, yang hidup dalam zaman Sulthan Alaidin Mahmud Syah, yang memerintahkan pada tahun 1286-1290 H. (1870-1874 M), dan zaman Sulthan Alaidin Muhammad Daud Syah, yang memerintahkan dalam tahun 1874-1903 M.


dayah Tanoh Abay, adalah salah satu dayah pembinaan yang terbesar di Aceh.



7. Dayah Tiro

Pada waktu Sulthan Alaidin Muhammad Syah memerintah kerajaan Aceh Darussalam dalam tahun 1195-1209 H (1781-1795 M). hijrahlah dari Banda Aceh menuju pidie seorang Ulama besar yang bernama syekh Faqih  Abdulwahab Haitamy, seorang ahli hukum Islam yang terkenal.


Beliau mengambil tempat tinggal di Kampung Tiro, dan di sana pula beliau mendirikan sebuah pusat pendidikan Islam yang kemudian terkenal dengan nama Dayah Tiro, dan beliau sendiri terkenal dengan lakab Teungku Chik Tiro. Setelah wafat beliau,  Dayah Tiro di pimpin oleh putranya yang bernama Syekh Faqih Abdussalam yang kemudian terkenal dengan Lakab Teungku Chik Tiro Pula.


Dayah Tiro kemudian dilanjutkan pimpinannya oleh putranya yang bernama Teungku Muhammad Amin dan lebih terkenal dengan lakab Teungku Chik Dayah ut, dan Teungku Syekh Abdullah, ayahnya Syekh Muhammad Saman Teuku Chik di Tiro, salah seorang Pahlawan Nasional Dari Aceh.


8. Dayah Lam Nyong

Pendiri dayah Lam Nyong ini, yaitu Teungku Syekh Abdussalam, kemudian terkenal dengan lakab Teungku Chik Lam Nyong. Beliau hidup dalam zaman pemerintahan Sulthan Alaidin Mahmud Syah, yang memerintah dalam tahun 1286-1290 H. (1870-1874 M).



9. Dayah Lam U

Pendiri dayah Lam U ini, yaitu Teungku Syekh Umar, yang kemudian terkenal dengan lakab Teunku Chik di Lam U. beliau seorang ulama /Ahli Hukum Islam dan Hafidh Qur’an. Hidup dalam zaman pemerintahan Sulthan Alaiddin Mahmud Syah, yaitu sezaman dengan rekannya Teungku Chik Lam Nyong. Empat orang putra dari Teungku Chik Umar Lam U ini, adalah juga Ulama-ulama Besar, yaitu Teungku Hasbalah Indrapuri, Teungku Haji Abdullah Lam U, Teungku Aneuk Batee dan Teungku Madhan (teungku Chik di Yan)


10. Dayah Pante Gelima

Salah satu dayah yang terbesar di daerah Meureudu, yaitu Dayah Pante Geulima, yang pada waktu di bawah pimpinan Teungku Ya’kub dayah tersebut telah mencapai kemajuanyang pesat sekali. Teungku Ya’kub yang lebih terkenal dengan lakab Teungku Chik Pante Geulima hidup dalam masa pemerintahan Sulthan Alaiddin Mahmud Syah (1286-1209 H) (1870-1874M). menurut sebuah riwayat, bahwa pengarang Hikayat Malem Dagang yang terkenal itu, adalahTeungku Chik Pante Geulima.


11. Dayah Krueng Kale

Dayah krung kale didirikan oleh tengku Haji Muda,yang kemudian terkenal dengan Lakab Teungku Chik Krueng Kale. Beliau hidup sezaman dengan Tengku Chik Tiro Muhammad Saman. Setelah beliau wafat Dayah Krung Kale dipimpin oleh puteranya yang bernama Teungku Haji Hasan Krueng Kale.


12. Dayah Meunasah Blang

Dayah Meunasah Blang ini yang terletak di daerah Samalanga telah mencapai puncak kemajuan di bawah pimpinan teungku Syekh Abdullah yang lebih terkenal dengan Lakab Teungku Chik Meunasah Blang. Beliau hidup sezaman pemerintahan sulthan Ibrahim Alaiddin Mansur Syah (1273-1286 H = 1857-1870 M) sampai ke zaman pemerintahan sulthan Alaiddin Mahmud Syah. Salah seorang muridnya yang terkenal, yaitu Teungku Chik Tiro Muhammad Saman.


13. Dayah Rumpet

Dayah Rumpet yang terletak di pantai Barat Aceh, di Kuala Daya, telah berdiri sejak pemerintahan Sulthan Isskandar Muda Meukuta Alam (1016-1045 H. =1607-1636 M) dan waktu di bawah pimpinan Teungku Muhammad Yusuf yang terkenal dengan Lakab Teungku Chik di Rumpet, telah mencapai kemajuan  yang pesat. Disamping sebagai pimpinan dayah  Rumpet, Teungku Muhammad Yusuf adalah Qadli Kerajaan di Rantau Duabelas (bagian Timur dari Aceh Barat)


14. Dayah Lam Birah.

Salah satu dayah yang terbesar yang merupakan dayah Pembina, yaitu dayah Lam Birah. Dayah ini didirikan oleh dua bersaudara Ulama/bangsawan, yaitu Ja Meuntroe dan Ja Bendahara, yang kemudian keduanya terkenal dengan Lakab dengan Teungku Chik Lam Birah. Keduanya beliau hidup dalam zaan pemerintahan Sulthan Alaiddin Johan Syah (1147-1147 H = 1735-1760 M) sampai ke zaman pemerintahan Sulthan Aliddin Tuanku Raja Mahmud Syah (1174-1195 H =1760 – 1781 M) setelah beliau wafat, Dayah Lambirah dilanjutkan pimpinannya oleh putra-putranya : Teungku Chik Cot Keupeung, Teungku Chik Lam Bare, dan kemudian Teungku Haji Abbas yang terkenal dengan lakab Teungku Chik Lam Birah, dan Teungku Haji Ja’far yang terkenal dengan Lakab Teungku Chik Lam Jabat.


15. Dayah Ulee Susu

Dayah Ulee Susu ini didirikan pada zaman Pemerintahan Sulthan Alaiddin Ibrahim Mansyur Syah (1273-1286 H = 1857-1870 M) dan waktu di bawah pimpinan Syekh Abbas yang terkenal dengan Lakab Teungku Chik Kuta Karang, dayah Ulee Susu ini telah mencapai kemajuan yang pesat. Selain memimpin Dayah Ulee Susu Ini, Teungku Kuta Karang juga menjadi Qadli Malikul Adil di zaman Sulthan Alaiddin Mansyur Syah itu.


16. Dayah Lam Diran

Dayah Lam Diran adalah satu-satunya Pusat Pendidikan Islam yang di pimpin Oleh Seorang Wanita, Yaitu Teungku Fakinah, turunan daridarah bangsawan dan darah Ulama


Ayahnya Datu Mahmud Seorang Pejabat Tinggi pemerintahan di zaman Sulthan Alaiddin Iskandar Syah (1251-1273 H = 1836-1857 M), yang turut membangun Dayah Lam Krak. Ibunya yang bernama Teungku Fathimah adalah putri dari seorang ulama Besar yang Bernama Teungku Muhammad Sa’ad yang terkenal dengan lakab Teungku Chik Lam Pucok, Pendiri dayah Lam Pucok. Dalam Dayah Lam Dirah (daerah Lam Krak Sibreh )yang di bawah pimpinan Teungku Fakinah, Selain pelajar-pelajar wanita, juga belajar Pelajar-pelajar Pria. Kepada pelajar-pelajar wanita juga diajarkan kerajinan tangan. Dalam zaman perang, Teungku Fakinah adalah seorang Panglima Perang yang terkenal.




Saturday, 8 November 2014

CORETAN KU


Ini adalah tulisan pertamaku, menulis bukanlah hobi bagiku melaikan suatu keinginan, keinginan yang masih belum tercapai. Pertama kali ini jadi penulis setelah membaca novel karangan Andrea Hirata yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas. Berulang-ulang kali ku telah membacanya tapi masih tetap seru untuk terus di baca walau ceritanya sudah tau. Kata-kata nya membuatku terhanyut , indah dan sangat indah.


Study ku bukanlah bagian satra, jurnalistik, atau guru bahasa melainkan hanya seorang perawat. Terkadang kepikiran juga apakah sudah cocok sarjana yang kuperoleh ini dengan keinginan dan kesukaan ku yang banyak macamnya,? dan tidak satupun yang berhubungan dengan sarjana ku. Kegemaranku diantaranya mengotak-atik computer, aplikasi, jaringan, bertani dan berkebun. Dua bagian diatas yaitu computer dan bertani sudah bisa dikatakan sudah ku kuasai, walau tidak semua komponen dan belum katakana ahli, tapi saya peroleh ilmu nya tanpa mangikuti les atau pelatihan, seperti computer saya dapat mengoperasikannya karena sering menggunakannya dan didukung oleh rasa penasaran dan ingin tau dan di permudah oleh Mbah Google yang setiap saat menemani ku ketika ku tidak tau lagi caranya. Rata-rata ilmu yang kupelajari selain kuliah kudapat melalui internet, seperti cara mengaplikasikan aplikasi desain grafis menggunakan corel draw yang tengah ku dalami saat ini, begitu juga dengan bertani syarat-syarat apa saja yang harus di penuhi agar hasil panen sesuai target. Gara-gara kegemaranku yang berbeda dengan kuliahku kawan perrnah berkata seperti ini, “kamu kuliah bagian pa sih.?”  “kuliah perawat mau suksesnya jadi petani “, “ rugi lah kalau sudah kuliah tidak sukses di bagiannya”, tapi menurutku lain lagi, kuliah itu tidak menuntut kita untuk sukses di bagiannya, tapi dengan kuluiah itu pintu-pintu kesuksesan lainnya dapat terbuka, dan kita lah yang memilih haru sukses di bagian apa.? dan yang terpenting adalah hasil akhirnya.


Membahas hobi, berbeda lagi dengan dengan kegemaran yang diatas, hobi ku bermain bola, hobi dari masih kecil, beberapa tarkam (turnamen antar Kampung) pernah kuikuti bebrapa diantaranya juara. Teringat dulu ketika SD pernah di tanya oleh guru setelah sekolah ingin jadi apa? Karena saya hobi main sepak bola dengan sigap saya jawab, jadi guru olah raga. Aneh rasanya, biasanya anak-anak yang lainnya bila hobi olah raga pasti cita-citanya jadi atlit. Itulah diriku yang berbeda dengan anak lainnya dan memiliki cita-cita yang berbeda. Tetapi setelah selesai sekolah SMA, ku mengubah cita-cita itu dan kesebut dengan tujuan. Ada bebrapa tujuan yang telah kutulis, tapi buka disini.


Bermodalkan rasa penasaran dan keinginan inilah ku mencoba untuk menulis bahkan menjadi penulis. Terkadang benar beberapa artikel dan postingan beberapa blog yang ku baca. Menjadi penulis bukanlah hal yang mudah, bukan hal yang dapat dipatok waktu untuk menggapai suksesnya. Menulis itu butuh bakat, kreatif, kaya kosa kata dan pandai merangkainya.  Inilah yang jadi kendala bagiku, sudah tak memiliki ilmu dasar tuk menulis, miskin kata-kata lagi, tetapi ada kata selanjutnya yang buat ku tersenyum gembira, “menulis tidak hanya dari bakat saja, latihan terus menerus dan rutin akan membuat kita bisa menggapainya”. Itulah yang membuatku termotivasi dan ingin terus mencoba. Aku berpikir seperti ini, andrea hirata saja yang tukang pos, pegawai Telkom dan sarjana ekonomi bisa menulis dengan sangat ahli dan indah, kenapa saya tidak.?


Keinginan ku menjadi penulis agar dapat menceritakan pada dunia tentang daerah-daerah ku yang selama ini masih tertinggal dan terabaikan. Beberapa bulan yang lalu, ketika keinginan ku untuk menulisa terbangun lagi dari tidur nya, ku coba menanyakan sesuatu pada pengarang buku yang ada di daerah ku, dia tidak mengenalku, tapi aku tau dia pandai dan bisa menulis kerena bukunya sudah pernah ku baca dan berkenalan dengannya hanya melalui facebook. Pertanyaan nya seperti ini “ bang, apa mungkin seseorang yang belum sedikitpun mendapatkan ilmu menulis atau jurnalis dapat menulis dengan baik.?”. beberapa hari saya menunggu jawabannya, tapi tidak dibalasnya. Esoknya saya melihat lagi pesan yang saya kirim melalui facebook sudah terkirim dan ada tanda contrengan, berarti sudah dibuka dan dibaca. Melihat pesan seperti itu sudah dibaca tapi tidak di balas sakitnya tu di sini… he he he he….


Mulai dari sekarang komitmen untuk menulis dan belajar sudah ku bubuhkan di dalam hati dan tekat, walau miskin kata-kata dan tidak kreatif yang terpenting aku harus tetap menulis dan belajar, karena “belajar dan menuntut ilmu adalah jalan menuju surga”, itu kata dosen ku. Setelah kita mencoba jangan lupa dekatkan diri denga Allah, karena ada bagian dalam kehidupan kita yang tak bisa kita pisahkan dengan Allah, karena DIA lah Sang Pencipta. Sekeras apapun kita berusaha bila tanpa Kehendaknya hanyalah sia-sia.
Sekian....